Entah ini Sebenarnya aku menunggu untuk hal apa? Tetapi diri
ini hanya berdiam disini, raga ini tak bisa kemana-mana, seperti ada tali yang
mengikat erat diseluruh tubuh ini. Aku ingin pergi, aku ingin beranjak
meninggalkan tempat ini. Tapi mengapa tidak bisa? Mengapa.. tubuh ini kaku?
Mengapa dan hanya mengapa Cuma aku yang merasakan? Apa kamu merasakan seperti
apa yang aku rasakan? Entahlah! Kamu mungkin gak pernah sadar, sikap yang aku
lakuin kekamu itu ada maksud tertentu. Namun aku sendiripun tidak tau, apa yg
aku maksudkan. Aku masih ragu, aku masih bimbang bila menyimpulkan dari semua
ini, kalau aku menunggu kamu karena aku mencintai dirimu. Jangan, jangan sampe
aku mencintai kamu! Ya karna, aku sadar kamu sudah mempunyai dia. Apa hati ini
harus merasakan sakit lagi? Apa air mata ini harus menetes lagi? Sampai kapan
harus seperti itu? tidak.. aku tidak ingin merasakan itu lagi. Tapi aku harus
apa? Apa dengan cara, aku menyatakannya aku akan lega? Tapi bagaimana kalo dia
tidak memperdulikanku? Hati ini apa kabar? Iya.. mungkin ini memang nasibku.
Tapi, kenapa ketika aku sudah terlanjur sayang, dia meninggalkanku? Apa ini balasannya? Kenapa gak
balance banget? Aku Cuma ingin dihargain saja, selebihnya terserah mau gimana.
Tapi kenapa itu saja tidak bisa? Hati kamu dari apa? Kenapa mata kamu tidak
pernah menuju kepada diriku? Mengapa kamu hanya tertuju padanya? Berbicara
perasaan? 100% kamu tidak akan mengerti.
Sakit sih bila aku harus mengeluh. Seiring waktupun aku lewati, dan akupun
masih tetap menunggu ditempat ini. Aku merasa aku seperti sendiri ketika
ditengah-tengah keramaian. Apa karena aku terlalu fokus terhadapnya? Disini aku
hanya berdiri dan ditemani dingin, iya… dingin seperti hati kamu. Tubuh ini
sudah mulai rapuh karena terlalu lama menunggu. Lalu kapan kamu akan sadar?
Kapan kamu akan peka? kamu mirip seperti bukit digurun. Hangat, tapi sangat
sulit ditaklukan. Aku melihat kamu begitu bahagia dengannya dan aku tidak bisa
berbuat apa-apa. Iya, aku selalu menunggu. Menunggu kamu berpisah dengannya.
Aku seorang egois yang tak rela melihat kamu bersama dengan orang lain. Karena
seandainya itu terjadi, tak ada keberanian bagiku untuk meraihmu. Aku yang
dengan rela menelan hati sendiri hanya demi melihat kamu tersenyum, hanya untuk
melihat kamu bahagia walau bersama dia. Bodoh memang, namun aku rela cukup
bodoh untuk menghargai ketulusan ini. Apapun yang terjadi yang harus kamu tau,
aku gak akan berhenti mencintaimu. Keputusasaan demi keputusasaan aku telan
bulat-bulat. Semuanya demi tetap memendam hasrat, aku selalu menunggumu. Hingga
akhirnya aku tertidur karena digerogoti sepi. bangunkan aku ketika sampai akhir
penantian ini. kamu mungkin gak pernah sadar apa yang aku lakuin ini selalu
ajah tentang kamu. Semoga kamu bukan gak mau tau. Aku gak terlalu ngerti apa
yang sebenarnya aku lakuin. Aku selalu resah ngelakuin hal untuk kamu, bukan
soal untuk balasannya tapi aku gelisah ngelakuin ini semua karna cinta atau
terpaksa. Kemudian aku bercermin, mata aku gak nunjukin sedikitpun
keterpaksaan, aku bertahan untuk kamu. Entah ini tulus atau bodoh? Aku gak tau
benar tentang cinta. Namun yang aku tau, cinta memang berkorban sampai
segininya. Pengorbanan yang tak pernah aku batas. Sayangnya… beberapa cinta
berakhir tak terbalas. Tapi… apa cinta yang hebat harus bertahan sampai
sekarat? Kamu selalu senyum ke aku, tapi
bukan tersenyum bersamaku, Apa lagi karna aku. Ketika kamu bahagia, yang
ada Cuma dia. Jangan salahin aku ngedo’ain kamu sedih terus, karena Cuma ketika
kamu sedih, aku kamu anggap ada. Gak
kerasa air mata menetes. aku masih menunggu sambil berharap keajaiban datang. Gak apa keajaiban itu gak menghampiri
aku tapi minimal bisa menghampiri dia supaya dia sadar seberapa besar cinta aku
ke dia. Tapi dia sudah sakiti aku sampai
segininya, dan dia gak perduli sampai segitunya. Tapi aku bisa apa? aku
gak bisa kemana-mana kan? Cinta itu gabisa kemana-mana lagi kan? Keinginan Move
On selalu ada, tapi ya terlalu berharga kan? Ahh.. seandainya dia tau sedang
dicintai sebegitu besarnya. mungkin.. entahlah! Sebaiknya gak perlu
berandai-andai. Jadi.. bukan seandainya tau, tapi seharusnya dia tau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar